Fashlun fii Fadhli'sh-Shalaati `alaa'n-Nabii (s)
Qaala 'Llaahu `azza wa jalla: inna 'Llaaha wa Malaa'ikatahu yushalluuna `ala 'n-Nabiy yaa ayyuhaa 'L-ladziina aamanuu shalluu `alayhi wa sallimuu tasliimaa
Allah (swt) berfirman, “Sesungguhnya Allah (swt) dan para malaikat-Nya bershalawat atas Nabi (s), hai orang-orang yang beriman, berilah shalawat dan salam atasnya.” (Qur'an 33:56)
[Makna dari bershalawat (shalli `ala) di sini adalah "menunjukkan kasih sayang untuk", dan Allah (swt) menunjukkan kasih sayang-Nya kepada Nabi (s) melalui Rahmat-Nya digabungkan dengan Puji-pujian-Nya kepada Nabi (s). Dan para malaikat menunjukkan kasih sayangnya dengan memohon ampunan Allah (swt) (bagi umat Nabi (s)) dan dengan bershalawat bagi mereka sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang beriman.--komentar `Abd al-Majid asy-Syarnuubi al-Azharii pada Dalaa'ilu 'l-khayraat]
Wa yurwaa anna 'n-Nabiiyya shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, jaa-adzaata yawmin wa 'l-busyraa turaa fi wajhihi fa qaala innahu jaa'anii Jibriila `alayhis-salaam, fa qaala amaa tardhaa yaa Muhammadu an laa yushalli `alayka ahadun min ummatika illa shallaytu `alayhi `asyraa, wa laa yusallima `alayka ahadum min ummatika illaa sallamtu `alayhi `asyraa
Diriwayatkan bahwa Nabi (s) pada suatu hari datang dengan keceriaan yang terlihat di wajahnya, seraya berkata, “Aku didatangi oleh Jibril (a); yang berkata,’Relakah engkau wahai Muhammad (s), jika aku memberi shalawat sepuluh kali atas sekali shalawat seorang umatmu kepadamu, dan juga membalas salam sepuluh kali atas sekali salam umatmu?’
[Diriwayatkan oleh Abii Syaybah, Ahmad, `Abd bin Humayd dan Tirmidzi dengan kalimat yang sedikit berbeda dengan yang berada dalam Dalaa'il]
Wa qaala shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, inna awlaa 'n-naasi bii aktsaruhum `alayya shalawah
Nabi (s) bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berhak bersamaku adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku.”
[Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibn Hibban berkata bahwa mata rantainya adalah hasan]
Wa qaala shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, man shallaa `alayya shallat `alayhi 'l-malaa'ikata maa daama yushalli `alayya fal-yuqllil `inda dzaalika aw liyuktsir
Nabi (s) bersabda, “Barang siapa yang bershalawat kepadaku, maka para malaikat akan bershalawat pula kepadanya. Selama ia bershalawat kepadaku, maka hendaklah ketika itu ia mengurangi atau memperbanyak."
[Imam Ahmad melaporkannya dalam Musnad-nya]
Wa qaala shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, bi-hasbi 'l-mar'i mina 'l-bukhli an udzkara `indahu wa laa yushalliya `alayya
Nabi (s) bersabda, “Cukuplah bakhil seseorang yang tidak bershalawat, bila ia mendengar namaku disebutkan.”
[Dilaporkan dalam Kanz al-`Ummaal]
Wa qaala shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, aktsiruu 'sh-shalaata `alayya yawma 'l-Jumu`ah
Nabi (s) bersabda pula, “Perbanyak shalawat atasku pada hari Jumat.”
[Dilaporkan oleh Bukhaari, Syaafi'i di dalam Musnad-nya menambahkan "Karena sesungguhnya itu akan dipersembahkan kepadaku."
Wa qaala shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, man shalla `alayya min ummatii marratan waahidatan kutibat lahu `asyru hasanaatin wa muhiyat `anhu `asyru sayyi-atin
Nabi (s) bersabda juga, “Barang siapa di antara umatku yang bershalawat sekali kepadaku, maka baginya ditulis sepuluh kebaikan dan dihapus sepuluh keburukannya.”
[Dilaporkan oleh an-Nisaa'i]
Wa qaala shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, man qaala hiina yasma`u 'l-adzaana wal iqaamata 'Llaahumma rabba haadzihi 'd-da’wati 'n-naafi’ati wa 'sh-shalaati 'l-qaa'imati aati Muhammadan 'l-wasiilata wa 'l-fadhiilata wa 'b`ats-hu maqaaman mahmuudan 'L-ladzii wa `adtahu hallat lahu syafaa`atii yawma 'l-qiyaamah
Nabi (s) bersabda, “Barang siapa yang mengucapkan doa setelah adzan dan iqamah, ‘Yaa Allah, Tuhan yang diseru dengan sempurna dan shalat yang ditegakkan, berilah kepada Nabi Muhammad (s) wasilah dan keutamaan, dan juga berilah beliau kedudukan yang terpuji (mulia) yang telah Engkau janjikan,’ maka doa itu menggantikan syafaatku di Hari Kiamat.”
[Sahih Bukhaari]
Wa qaala shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, man shalla `alayya fii kitaabin lam tazali 'l-malaa'ikatu tushalliya `alayhi maa daama ismii fii dzaalika 'l-kitaabi
Nabi (s) bersabda, “Barang siapa yang bershalawat kepadaku dan ditulis dalam sebuah kitab, maka para malaikat akan terus bershalawat kepadanya selama namaku masih berada di dalam kitab itu.”
[At-Tabaraanii di dalam Awshat-nya, Imaam al-Qurtubii di dalam tafsirnya, Jaamii']
Wa qaala Abuu Sulaymaan ad-Daraanii, man araada an yas'ala 'Llaaha haajatahu fal-yuktsira mina 'sh-shalaati `alaa 'n-Nabiiy tsumma yas'ala 'Llaaha hajatahu wa 'l-yakhtuma bi 'sh-shalaati `alaa 'n-Nabiiy shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, fa-inna 'Llaaha yaqbalu 'sh-shalaatayni wa huuwa akramu an yada`u maa baynahumaa
Abu Sulaiman ad-Darani (r) berkata, “Barang siapa yang ingin memohon kepada Allah (swt) atas suatu hajat, maka hendaklah ia memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad (s), kemudian barulah ia memohon hajatnya kepada Allah (swt). Dan hendaklah ia menutup doanya dengan shalawat atas Nabi (s). Sesungguhnya Allah (swt) menerima dua shalawat, dan Dia terlalu baik untuk meninggalkan apa yang ada di antara keduanya.
Wa ruwiiya `anhu shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, annahu qaala man shalla `alayya yawma 'l-Jum`ati maa'ata marratin ghufirat lahu khathii'atuhu tsamaaniina sanah
Diriwayatkan bahwa Nabi (s) bersabda, ”Barang siapa yang bershalawat kepadaku pada hari Jumat sebanyak 100 kali, maka kesalahannya selama 80 tahun akan dihapuskan.”
[Dinyatakan oleh ad-Daaraqutnii dan Ibn Nu`maan dengan kalimat, "memberkatiku 80 kali." Ia menilai hadits ini sebagai hasan]
Wa `an Abii Hurayrah radhiya 'Llaahu `anhu anna Rasuulallahi shalla 'Llaahu `alayhi wa sallama qaala li 'l-mushalliya `alayya nuurun `alaa 'sh-shiraati wa man kaana `alaa 'sh-shiraati min ahli 'n-nuuri lam yakun min ahli 'n-naar
Abu Hurairah (r) menyebutkan bahwa Rasullullah (s) bersabda, “Bagi orang yang bershalawat kepadaku, untuknya ada cahaya di atas Shiraat (jembatan menuju Surga), dan barang siapa yang berada di atas Shiraat termasuk ahli ‘cahaya’, maka ia bukanlah ahli Neraka.”
Wa qaala shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, man nasiyya 'sh-shalaata `alayya faqad akhthaa' thariiqa 'l-Jannati wa innamaa araada bi 'n-nisyaani 't-tarka wa idzaa kaana 't-taariku yukhthi'u thariiqa 'l-Jannati kaana 'l-mushalli `alayhi saalikan ilaa 'l-Jannati
Nabi (s) bersabda, “Barang siapa yang lupa bershalawat kepadaku, maka ia telah kehilangan Jalan menuju Surga. Yang dimaksud dengan lupa di sini adalah ‘meninggalkan’. Karena orang yang meninggalkannya kehilangan Jalan menuju Surga, orang yang bershalawat berarti sedang menempuh perjalanan menuju Surga.
[Ibn Maajah, Bayhaqii, ath-Thabaraanii]
Wa fii riwaayati `Abdi 'r-Rahmaani ibni `Awfin radhiyallaahu `anhu qaal: Qaala Rasuulullaahi shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, jaa'anii Jibriilu `alayhi 's-salaam fa-qaala yaa Muhammad laa yushalli `alayka ahadun min ummatika illa shalla `alayhi sab`uuna alfa malakin wa man shallat `alayhi 'l-malaa'ikatu kaana min ahli 'l-Jannati
Diriwayatkan oleh `Abdu 'r-Rahman bin `Auf (r) bahwa Rasullullah (s) bersabda, “Aku didatangi oleh Jibril (a), lalu ia berkata, ‘Wahai Muhammad (s), tak seorang pun yang bershalawat padamu, melainkan 70.000 malaikat akan memberkatinya dan barang siapa yang dishalawatkan oleh para malaikat, maka ia termasuk ahli Surga.”
Wa qaala shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, aktsarukum `alayya shalaatan aktsarukum azwaajan fi 'l-Jannati
Nabi (s) bersabda, “Orang yang paling banyak bershalawat kepadaku, kelak dia akan mendapatkan pasangan (suami/istri) yang banyak pula di Surga.”
Wa ruwiya `anhu shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, annahu qaala man shalla `alayya shalaatan ta`zhiiman li-haqqi khalaqa 'Llaahu azza wa jalla min dzalika 'l-qawli malakan lahu janaahun bi 'l-masyriqi wa 'l-aakhara bi 'l-maghrib wa rijlaahu maqruunataani fi 'l-ardhi 's-saabi`ati 's-suflaa wa `unuquhu multawiyatun tahta 'l-`arsy, yaquulu 'Llaahu `azza wa jalla lahu shalli `alaa `abdii kamaa shalla `ala 'n-Nabiyyi, fa-huwa yushalli `alayhi ilaa yawmi 'l-qiyaamati
Diriwayatkan bahwa Nabi (s) bersabda, “Barang siapa yang memberi shalawat pengagungan kepadaku, sesuai dengan hakku, maka Allah (swt) akan menciptakan seorang malaikat yang memiliki sebuah sayap di timur dan sayap lain di barat, kedua kakinya tertancap di bumi bagian bawah yang ketujuh, dan lehernya menunduk di bawah ‘Arasy. Lalu Allah azza wa jalla berfirman kepada (malaikat itu), ‘bershalawatlah kepada hamba-Ku, sebagaimana dia bershalawat kepada Nabi (s); dan kemudian malaikat itu bershalawat hingga Hari Kiamat.”
Wa ruwiya `anhu shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, annahu qaala la-yaridanna `ala 'l-hawdhi yawma 'l-qiyaamati aqwaamum laa a`rifuhum illa bi-kasyarati 'sh-shalaati `alayya
Diriwayatkan bahwa Nabi (s) bersabda, “Orang-orang akan mendatangi Telaga pada Hari Kiamat dan aku hanya mengenali mereka melalui banyaknya shalawat yang mereka lakukan.”
[Diriwayatkan oleh Qaadhi Iyaad di dalam asy-Syifaa dan Imam Suyuuthi tanpa sanad]
Wa ruwiya `anhu shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, annahu qaala man shalla `alayya marratan waahidatan shallallaahu `alayhi `asyra marratin, wa man shalla `alayya `asyra marratin shallallaahu `alayhi maa'ata marratin wa man shalla `alayya maa'ata marratin shalla 'Llaahu `alayhi alfa marratin
Diriwayatkan bahwa Nabi (s) bersabda, “Barang siapa yang bershalawat kepadaku sebanyak satu kali, maka Allah (swt) akan bershalawat kepadanya sebanyak sepuluh kali. Dan barang siapa yang bershalawat kepadaku sebanyak sepuluh kali, maka Allah (swt) akan bershalawat kepadanya sebanyak seratus kali. Dan barang siapa yang bershalawat kepadaku sebanyak seratus kali, maka Allah (swt) akan bershalawat kepadanya sebanyak seribu kali.
Wa man shalla `alayya alfa marratin harrama 'Llahu jasadahu `alan-naari wa tsabbatahu bi 'l-qawli 'ts-tsaabiti fi 'l-hayaati 'd-dunyaa wa fi 'l-aakhirati `inda 'l-mas'alati wa adkhalahu 'l-Jannati wa jaa'at shalaatuhu `alayya nuurun lahu yawma 'l-qiyaamati `alaa 'sh-shiraati masiiratu khamsa maa'ati `aamin, wa a`thaahu 'Llaahu bi-kulli shalaatin shallaahaa `alayya qasran fi 'l-Jannati qalla dzalika aw katsur
Dan barang siapa yang bershalawat sebanyak seribu kali, maka Allah (swt) akan mengharamkan jasadnya terhadap Neraka, dan menetapkan dengan ucapan yang tetap dalam kehidupan dunia dan akhirat ketika ditimpa masalah, serta memasukkannya ke dalam Surga. Shalawat-shalawatnya datang kepadaku yang akan menjadi cahaya baginya di atas Shiraat yang berjarak lima ratus tahun perjalanan pada Hari Kiamat. Allah (swt) akan memberinya sebuah istana di Surga. Sedikit atau banyak untuk setiap shalawat yang dishalawatkannya kepadaku.
Wa ruwiya `anhu shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam maa min `abdin shalla `alayya illa kharajati 'sh-shalaatu musri’atan min fiihi fa-laa yabqaa barrun wa laa bahrun wa laa syarqun wa laa gharbun illaa wa tamurru bihi wa taquulu anaa shalaatu fulaani 'bni fulaanin shallaa `alaa Muhammadin 'l-Mukhtaari khayri khalqi 'Llaahi, falaa yabqaa syay'un illaa wa shallaa `alayhi wa yukhlaqu min tilka 'sh-shalaati thaa'irun lahu sab`uuna alfa janaahin, fii kulli janaahin sab`uuna alfa riisyatin, fii kulli riisyatin sab`uuna alfa raasin, fii kulli raasin sab`uuna alfa famin, fii kulli famin sab`uuna alfa lisaanin kullu lisaanin yusabbihu 'Llaaha ta`aalaa bi-sab`iina alfa lughaatin, wa yaktubu 'Llaahu lahu tsawaaba dzaalika kullihi
Nabi (s) bersabda, “Tidak ada seorang pun dari hambaku yang bershalawat kepadaku, kecuali akan keluar dari mulutnya shalawat dengan cepat, maka tak ada daratan, lautan, timur atau barat yang tidak bisa ia lewati. Shalawat itu pun berkata, ‘Aku bershalawat untuk Fulan bin Fulan yang telah dishalawatkannya untuk Muhammad al-Mukhtar (s) (Sang Pilihan), makhluk terbaik, maka tidak ada sesuatu pun yang tidak bershalawat kepadanya. Dari shalawat itu diciptakanlah seekor burung yang memiliki 70.000 sayap, dalam setiap sayap terdapat 70.000 bulu, dan dalam setiap bulu terdapat 70.000 bentuk wajah. Dalam setiap wajah terdapat mulut, dan dalam setiap mulut terdapat 70.000 lidah, dan setiap lidah akan bertasbih kepada Allah (swt) dengan 70.000 bahasa dan Allah (swt) akan menulis baginya balasan untuk semuanya.
Wa `an `Alii ibni Abii Thaalibin radhiya 'Llaahu `anhu qaal: Qaala Rasuulullaahi shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, man shallaa `alayya yawma 'l-Jum`ati maa'ita marratin jaa'a yawma 'l-qiyaamati wa ma`ahu nuurun law qusima dzaalika 'n-nuuru bayna 'l-khalqi kullihim la-wasi`ahum
Diriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib (r) bahwa Rasulullah (s) bersabda, “Barang siapa yang bershalawat kepadaku sebanyak seratus kali pada hari Jumat, ia akan datang pada Hari Kiamat bersama suatu cahaya yang jika cahaya itu dibagi antara makhluk secara keseluruhan (merata), niscaya akan mencukupi.”
[Abuu Nu`aym di dalam Hilyah-nya]
Dzukira fii ba`dhi 'l-akhbaari maktuubun `alaa saaqi 'l-`Arsy: man isytaaqa ilayya rahimtuhu wa man sa'alanii a`thaytuhu wa man taqarrab ilayya bi 'sh-shalaati `alaa Muhammadin ghafartu lahu dzunuubahu wa law kaanat mitsla zabadi 'l-bahr
Disebutkan dalam sejumlah kabar bahwa pada Saqil `Arsy (kaki `Arasy) tertulis, “Barang siapa yang merindukan Aku, maka Aku akan menyayanginya, barang siapa yang memohon kepada-Ku, maka Aku akan memberinya, dan barangsiapa bertaqarrub kepada-Ku dengan bershalawat kepada Muhammad (s), maka Aku akan mengampuni dosa-dosanya, meskipun seperti buih lautan.”
Wa ruwiya `an ba`dhi 'sh-shahabati ridhwaanu 'Llaahi `alayhim ajma`iina annahu qaala: Maa min majlisin yushallaa fiihi `alaa Muhammadin shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, illa qaamat minhu raa-ihatan thayyibatan hatta tablugha `anaana 's-samaa'i fataquulu 'l-malaa'ikatu hadzaa majlisun shulliya fiihi `alaa Muhammadin shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam
Diriwayatkan dari sejumlah Sahabat Nabi (s) bahwa beliau bersabda, “Tidak ada satu pun majelis yang digunakan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad (s), kecuali akan muncul darinya wangi harum sehingga mencapai ujung langit. Lalu para malaikat berkata, ‘Inilah majelis yang digunakan sebagai tempat bershalawat kepada Nabi Muhammad (s).’”
Dzukira fii ba`dhi 'l-akhbaari anna 'l-`abda 'l-mu'mina awi 'l-'amata 'l-mu'minata idzaa bada'a bi 'sh-shalaati `alaa Muhammadin shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, futihat lahu abwaabu 's-samaa'i wa 's-suraadiqaat hattaa ila 'l-`Arsy fa-laa yabqaa malakun fi 's-samaawaati illa shalla `alaa Muhammadin wa yastaghfiruuna li dzaalika 'l-`abdi awi 'l-'amati maasyaa Allah
Disebutkan dalam sejumlah kabar berita bahwa hamba Allah yang mukmin jika memulai sesuatu pekerjaan dengan bershalawat kepada Nabi Muhammad (s), pintu-pintu Surga dan paviliun-paviliunnya akan dibukakan baginya hingga mencapai `Arasy, dan tidak ada malaikat di langit yang tidak bershalawat kepada Nabi Muhammad (s) dan memohon ampun untuk hamba itu, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah (swt).
Wa qaala shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, man `asurat `alayhi haajatun fal-yuktsir bi 'sh-shalaati `alayya fa-innahaa taksyifu 'l-humuuma wa 'l-ghumuuma wa 'l-kuruuba wa tuktsiru 'l-arzaaq wa taqdhi 'l-hawaa-ij
Nabi (s) bersabda, “Jika seseorang mempunyai suatu hajat yang mendesak, maka hendaklah ia memperbanyak shalawat kepadaku, karena sesungguhnya shalawat itu akan menguak duka, keruwetan dan bencana, dan akan menambah rezeki dan memenuhi segala hajat.”
Wa `an ba`dhi 'sh-shaalihiina annahu qaala kaana lii jaarun nassaakhun fa-maata fa-ra'aytuhu fii 'l-manaami fa-qultu lahu, maa fa `alaa 'Llaahu bika? Fa-qaala ghafara lii, fa-qultu fa-bimaa dzaalika? Fa-qaala kuntu idzaa katabtu isma Muhammadin shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, fii kitaabin shallaytu `alayhi fa a`thaaniya rabbii maa laa `aynun raa'at wa laa udzunun sami`at wa laa khathara `alaa qalbi basyarin
Diriwayatkan bahwa salah seorang yang saleh berkata, “Aku mempunyai seorang tetangga seorang penulis, kemudian ia meninggal, lalu aku melihatnya dalam mimpi, dan aku berkata kepadanya, ‘Apa yang diperbuat oleh Allah (swt) terhadapmu?’ Ia menjawab, ‘Allah (swt) telah mengampuniku.’ Aku bertanya lagi, ‘Mengapa demikian?’ Lalu ia menjawab, ‘Pada waktu aku menulis nama Muhammad (s) di dalam sebuah kitab dan bershalawat kepadanya, maka Allah (swt) memberiku sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata dan tidak bisa didengar telinga dan tidak pernah terjadi pada kalbu yang fana.’”
Wa `an Anasin radhiiya 'Llaahu `anhu annahu qaala: Qaala Rasuulullaahi shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, laa yu'minu ahadukum hatta akuuna ahabba ilayhi min nafsihi wa maalihi wa waladihi wa waalidihi wa 'n-naasi ajma`iina
Diriwayatkan oleh Anas (r) bahwa Rasulullah (s) bersabda, “Tidaklah beriman salah seseorang di antara kalian sehingga aku menjadi lebih dicintai dibandingkan dirinya sendiri, hartanya, anaknya, orang tuanya, dan manusia secara keseluruhan.”
[Bukhaarii dan Muslim]
Wa fii hadiitsi `Umara 'bni 'l-Khaththaab radhiiya 'Llaahu `anhu, anta ahabbu ilayya yaa Rasuulallaahi min kulli syay'in illa nafsiiya 'l-latii bayna janbayya, fa-qaala `alayhi 'sh-shalaatu wa 's-salaam laa takuunu mu'minan hattaa akuuna ahabba ilayka min nafsika, fa-qaala `Umar wa 'L-ladzii anzala `alayka 'l-kitaaba la-anta ahabbu ilayya min nafsiiya 'l-latii bayna janbayya, fa-qaala Rasuulullaahi shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam al-aana yaa `Umar tamma iimananuka
Dan di dalam hadits `Umar bin Khattab (r) berkata, "Wahai Rasulullah (s), engkau lebih kucintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri, yaitu di antara kedua sisiku." Beliau (s) bersabda, "Engkau tidak akan menjadi seorang mukmin hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri." Kemudian `Umar (r) berkata, "Demi Dzat yang menurunkan kitab (suci al-Qur'an) kepadamu, engkau lebih kucintai daripada diriku sendiri." Lalu Rasulullah (s) bersabda, "Sekarang, wahai `Umar, imanmu telah lengkap."
[Bukhaari]
Wa qiila li-Rasuulullaahi shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, mataa akuunu mu'minan, wa fii lafzhin akhar mu'minan shaadiqan, qaala idzaa ahbabta 'Llaaha
Rasulullah (s) pernah ditanya, "Kapankah aku menjadi seorang mukmin?" (atau di dalam versi lain, "seorang mukmin yang jujur"). Beliau (s) menjawab, "Ketika engkau mencintai Allah."
fa-qiila wa mataa uhibbu 'Llaaha, qaala idzaa ahbabta Rasuulahu, fa-qiila wa mataa uhibbu Rasuulahu, qaala idzaa 't-taba`ta thariiqatahu wa 'sta`malta sunnatahu wa ahbabta bi-hubbihi wa abghadhta bi-bughdhihi wa waalayta bi-wilaayatihi wa `aadawta bi`adaawatihi, wa yatafaawatu 'n-naasu fii 'l-imaani `alaa qadri tafaawutihim fii mahabbatii, wa yatafaawutuuna fii 'l-kufri `alaa qadri tafaawutihim fii bughdhii, alaa laa iimaana liman laa mahabbata lahu, alaa laa iimaana liman laa mahabbata lahu, alaa laa iimaana liman laa mahabbata lah
Kemudian ditanya, "Dan kapankah aku akan mencintai Allah?" Beliau (s) menjawab, "Ketika engkau mencintai Rasul-Nya." Lalu ditanya lagi, "Dan kapankah aku akan mencintai Rasul-Nya?" Beliau (s) berkata, "Ketika engkau mengikuti Jalannya, menerapkan Sunnahnya, mencintai dengan cintanya dan membenci dengan apa yang dibencinya, dan bersahabat dengan orang-orang yang bersahabat dengannya, dan menentang musuh yang menjadi musuhnya. Orang berbeda dalam tingkatan keimanannya menurut perbedaan kadar cinta mereka terhadapku, dan mereka berbeda dalam tingkat kekufurannya menurut kadar kebencian mereka terhadapku. Ketahuilah, tidak ada iman tanpa cinta terhadapku, ketahuilah tidak ada iman tanpa cinta terhadapku, ketahuilah tidak ada iman tanpa cinta terhadapku.
Wa qiila li-Rasuulillaahi shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, naraa mu'minan yakhsya`u wa mu'minan laa yakhsya`u, maa 's-sababu fii dzalika? Fa-qaala man wajad li-iimaanihi halaawatan khasya`a, wa man lam yajid lam yakhsya`a, fa-qiila bimaa tuujad aw bimaa tunaalu wa tuktasab, fa-qaala bi-shidqi 'l-hubbi fi 'Llaahi, fa-qiila wa bimaa yuujad hubbu 'Llaahi aw bimaa yuktasab? Fa-qaala bi-hubbi Rasuulihi faltamisuu ridhaa'a 'Llaahi wa ridhaa'a Rasuulihi fii hubbihimaa
Ditanyakan kepada Rasulullah (s), “Kami melihat mukmin yang sangat khusuk dan mukmin yang tidak khusuk, apa sebabnya?” Beliau (s) menjawab, “Barang siapa yang mendapatkan manisnya Iman, maka ia akan khusuk dan barang siapa yang belum mengalaminya, maka ia belum khusuk.” Beliau ditanya lagi, “Dengan apa manisnya Iman itu diperoleh?” Beliau (s) menjawab, “Dengan cinta yang tulus kepada Allah (swt).” Beliau ditanya lagi, “Dengan apa cinta kepada Allah (swt) didapat?” Beliau (s) menjawab, “Dengan cinta kepada rasul-Nya. Maka raihlah kerinduan kepada Allah (swt) dan kerinduan kepada rasul-Nya dalam naungan cinta keduanya.”
Wa qiila li-Rasuulillaahi shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, man aalu Muhammadin 'L-ladziina umirnaa bi-hubbihim wa ikraamihim wa 'l-buruuri bihim fa-qaala ahlu 'sh-shafaa'i wa 'l-wafaa'i man aaman bii wa akhlasha, qiila wa maa `alaamaatuhum? Fa-qaala iitsaaru mahabbati `alaa kulli mahbuubin wa insyghaalu 'l-baathinu bi-dzikrii ba`da dzikrillaahi, wa fii ukhra `alaamatuhum idmaanu dzikrii wa 'l-iktsaaru mina 'sh-shalaatu `alayya
Rasulullah (s) ditanya, “Siapakah di antara keluarga Muhammad (s) yang diperintahkan kepada kami untuk dicintai, dimuliakan dan berbakti kepadanya?” Beliau (s) menjawab, “Ahli kejernihan dan kesetiaan (Ahlush-Shafa wal Wafaa'), yaitu orang-orang yang beriman dan ikhlas kepadaku.” Selanjutnya Rasulullah (s) ditanya, “Apakah tanda-tandanya?” Rasulullah (s) menjawab, “Mendahulukan mencintaiku atas segala yang dicintai dan menyibukkan batin dengan dzikir kepadaku setelah dzikir kepada Allah (swt).” Dalam versi lain dikatakan, "Tanda-tanda mereka adalah senantiasa berdzikir dan banyak bershalawat atasku.
Wa qiila li-Rasuulillaahi shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, mani 'l-qawiyyu fi 'l-iimaani bika? Fa-qaala man aamana bii wa lam yaraanii fa-innahu mu’minu bii `alaa syawqin minhu wa shidqin fii mahabbatii wa `alaamatu dzaalika minhu annahu yawaddu ru'yati bi-jamii`i maa yamliku, wa fii ukhraa mil'u 'l-ardhi dzahaban, dzaalika 'l-mu'minu bii haqqan wa 'l-mukhlishu fii mahabbatii shidqan
Rasulullah (s) ditanya lagi, “Siapa yang kuat Imannya kepadamu?” Beliau menjawab, “Orang yang telah beriman kepadaku namun ia belum pernah melihatku. Maka sesungguhnya ia adalah seorang yang beriman kepadaku berdasarkan kerinduan dan cinta yang tulus kepadaku. Dan tanda dari kerinduan itu adalah ia ingin melihatku (bertemu) dengan segala kemampuan yang ia miliki.” (Dalam ungkapan lain disebutkan, "dengan emas seisi bumi,") itulah seorang mukmin sejati dan seorang mukhlis dalam cintanya yang tulus untukku.
Wa qiila li-Rasuulillaahi shalla 'Llaahu `alayhi wa sallam, ara'ayta shalaata 'l-mushalliina `alayka mimman ghaaba `anka wa man ya'ti ba`daka maa haaluhumaa `indaka? Fa-qaala asmaa`u shalaata ahlu mahabbatii wa a`rifuhum wa tu`radhu `alayya shalaata ghayrihim `ardhan
Ditanyakan kepada Rasulullah (s), “Apakah pendapatmu tentang kondisi orang-orang yang bershalawat kepadamu dan mereka yang tidak pernah bertemu denganmu, begitu juga orang-orang yang hidup setelah zamanmu?” Beliau (s) menjawab, “Aku mendengar shalawat orang-orang yang mencintaiku dan aku mengetahuinya. Shalawat selain dari mereka dipersembahkan kepadaku."